Keangkuhan Bersumber Dari Ketidaktahuan
Beben and Rofi ( 2010)
Para pakar ilmuwan seperti Newton, Einstein
dan yang lainnya setelah mencapai puncak ilmu pengetahuan, mereka masih tetap
berpikir dengan penuh rasa hormat dan segan terhadap Sang Pencipta dan alam
semesta, mereka semuanya bukan hanya memiliki sikap agung, bermurah hati dan
lapang dada dalam menerima kritikan dari orang lain, sikap mereka terhadap
orang lain juga semakin rendah hati.
Sebenarnya
orang berpengetahuan tinggi di dunia ini, mereka semua mengerti prinsip untuk
bersikap rendah hati terhadap orang lain. Hanya mereka yang buta pengetahuan
barulah bisa bersikap congkak, sombong; dengan memandang rendah keberadaan
dewata yang juga merupakan semacam manifestasi dari kecongkakan dan
ketidaktahuan.
Dalam
realita kehidupan, tidak sedikit contoh seperti ini. Menurut cerita, pada
abad-19, ada seorang pelukis ternama dari Perancis bernama Elie Delaunay
(1828-1891), suatu saat dia pergi berlibur ke Swiss, setiap hari memikul rak
gambarnya pergi ke semua tempat untuk melukis dan membuat sketsa dari alam.
Suatu hari
ketika dia sedang melukis dengan serius di pinggir danau Jenewa, di sebelahnya
datang mendekat tiga orang turis dari Inggris, setelah melihat pada lukisannya,
mereka lalu menuding-nuding pada lukisan itu dan mengritik sana sini.
Yang satu
mengatakan bahwa di sebelah sini kurang bagus, yang lain bilang di bagian yang sana kurang bagus, semua
kritikan yang dilontarkan ditampung oleh Delaunay dan satu per satu lukisan itu
lalu diperbaiki sesuai kritikan yang diterimanya, dan pada akhirnya masih
mengucapkan "Terima kasih" kepada mereka bertiga.
Keesokannya,
Delaunay sedang ada urusan pergi ke tempat lain, di stasiun kereta api, dia
berjumpa lagi dengan ketiga orang yang kemarin bertemu di pinggir danau itu,
mereka sedang kasak-kusuk mendiskusikan sesuatu.
Sejenak
kemudian, ketiga orang turis dari Inggris itu juga melihat dia, mereka lalu
datang menghampiri Delaunay dan bertanya, "Tuan, kami mendengar kabar
bahwa pelukis besar Delaunay sedang berlibur di sini, maka kami bermaksud
mengunjunginya. Tolong tanya apakah Anda tahu dia sekarang berada
dimana?".
Delaunay
berdiri agak membongkok menghadap ke mereka dan menjawab, "Sungguh tidak
patut saya menerima segala ini, saya adalah Delaunay." Setelah mendengar
ucapan ini, ketiganya menjadi sangat terkejut, teringat ketidak-sopanan mereka
kemarin, wajah mereka menjadi merah dan satu persatu pergi meninggalkan tempat
itu.
Berbalikan
dengan contoh di atas, di Jepang saya juga pernah menjumpai seorang anak muda
yang berparas menawan, tetapi berwatak pongah dan congkak.
Walaupun dia
lulus dari universitas ternama dan bekerja di sebuah perusahaan yang ternama
pula, tetapi beberapa kali, saat diperkenalkan untuk dijodohkan selalu ditolak
oleh pihak perempuan. Ibunya sangat cemas, karena ingin mengetahui duduk
permasalahannya ada dimana, ia lalu mempercayakan saya untuk berdiskusi dengan
anak laki-laki-nya itu.
Setelah
melalui suatu perbincangan dengannya, saya segera mengetahui dan memahami sebab
dari penolakan para perempuan yang diperkenalkan kepada dia. Yaitu dia selalu
menganggap dirinya sendiri paling hebat, perkataan yang dilontarkan penuh
dengan kecongkakan dan rasa ingin mengunggulkan diri. Dia tidak mengetahui
bahwa kesombongan itu menandakan ketidaktahuan, dengan bualan dan omongan
kosong hanya ingin untuk mengambil hati perempuan, akhirnya malahan
mendatangkan antipati dari para perempuan itu.
Walaupun
Anda seorang yang memiliki bakat yang menonjol, jikalau Anda merasa sombong
karena memiliki kemampuan, dan tiada henti-hentinya menyombongkan diri, maka
kemampuan yang Anda miliki itu hanya bisa membawa kesedihan bagi Anda sendiri.
Seseorang
yang hanya ingin membual untuk menarik kepercayaan dari orang lain, tidak
peduli dia memiliki kemampuan yang sesungguhnya atau tidak, juga tidak peduli
dia memiliki kedudukan yang seberapa tinggi, pada akhirnya juga akan
mengungkapkan kekurangan dirinya sendiri karena over actingnya itu.
Sebaliknya,
orang yang sangat berbakat tetapi terlihat bodoh acapkali membawakan kekaguman
kepada orang lain, orang yang sopan dan rendah hati selalu akan membuat orang
lain memuji dan menaruh hormat, dan orang yang congkak dan pongah, oleh karena
ketidak-tahuannya mudah menjadi bahan tertawaan orang di seluruh dunia. (The
Epoch Times/lin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar